About

Akhir Hidup si Praktis yang Membunuh

Hidup si praktis kini telah berakhir. Dahulu, kehadiranya membuat hidup semua orang menjadi praktis. Tak heran ia amat terkenal dan dibutuhkan banyak orang. Namun kini kejahatanya mulai terungkap. Mulai dari merusak lingkungan, hingga membunuh berbagai mahluk hidup. Untungnya, hidup si pembunuh telah berakhir di Pulau Dewata.




Si pembunuh ini bermama plastik. Mengapa plastik?

Cobalah berjalan menyusuri jalanan, desa, atau di sepanjang pantai, pasti telihat sesuatu yang sama yaitu: plastik.

Plastik adalah barang yang paling sering berserakan di dunia dan mereka dapat menenggelamkan planet kita.

Apakah ini masalah nyata? Plastik telah mengacaukan hampir setiap daerah, tetapi mereka sangat berguna dan membuat hidup kita jauh lebih mudah.

Kita dapat membawa barang belanjaan kita dari toko, tetap kering dalam hujan, menyimpan barang-barang dengan mudah dan aman, dan menyimpan makanan yang mudah rusak.

Plastik hadir dalam furnitur, bahan bangunan, mobil, peralatan, elektronik, dan banyak hal lainnya. Inilah alasan mengapa “si praktis” dibutuhkan banyak orang.

Namun bagaimana ia dapat membunuh?

Polusi plastik adalah salah satu masalah lingkungan terburuk di era milenial.

Polusi ini berdampak pada lingkungan, kesehatan serta kesejahteraan manusia. Kita harus sadar bahwa, kita sendiri berkontribusi terhadap masalah ini.

Oleh karena itu kita harus bekerja untuk mengurangi plastik dan pada akhirnya untuk mengakhiri polusi plastik.


POLUSI PLASTIK

Penemuan plastik pada tahun 1907 dianggap sebagai terobosan.

Produk plastik segera hadir di mana-mana dalam kehidupan kita sehari-hari.

Selama bertahun-tahun, manusia hanya merasakan manfaat plastik dan tahu sedikit tentang konsekuensi yang merusak bagi kesehatan manusia, ekosistem dan iklim. 

Plastik menjadi masalah karena sifatnya yang tidak biodegradable, bahan yang digunakan untuk produksi plastik (molekul hidrokarbon — yang berasal dari pemurnian minyak dan gas alam), dan tantangan di balik pembuangannya dengan benar.

Sebuah penelitian menunjukan bahwa 8,3 miliar metrik ton telah diproduksi hingga saat ini.

Dari produksi plastik tersebut ditemukan sebanyak 6,3 miliar metrik ton berupa limbah plastik.

Syukurnya, 9% dari limbah itu telah didaur ulang, dan 12% sisanya telah dibakar.

Tetapi 79% (5,5 miliar ton) limbah plastik telah terakumulasi di tempat pembuangan sampah dan berpotensi merusak lingkungan alam. 

Angka tersebut akan terus meningkat dan berpotensi menenggelamkan bumi bila tren produksi plastik serta pengelolaan limbah plastik tidak berubah.

Bagaimana polusi plastik Pulau Bali? Bali memang tengah darurat sampah plastik. 

Sebuah kegiatan clean up on voice one island di 150 lokasi di seluruh Bali berhasil mengumpulkan sebanyak 30 ton sampah plastik.



POLUSI PLASTIK DAPAT MEMBUNUH ANDA

Setelah puluhan tahun memproduksi triliunan barang plastik berbahan dasar minyak, rupanya terdapat konsekuensi negatif yang mengejutkan!

Polusi plastik sekarang diakui sebagai bahaya bagi kesehatan masyarakat dan tubuh manusia.

Bahan kimia yang terlepas dari beberapa plastik yang digunakan dalam penyimpanan makanan/minuman sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

Berbagai penemuan telah mengungkap plastik sebagai peningkat kelainan kromosom dan sistem reproduksi, gangguan fungsi otak dan neurologis, kanker, kerusakan sistem kardiovaskular, diabetes onset dewasa, pubertas awal, obesitas dan resistensi terhadap kemoterapi. Banyak plastik mengandung phthalate (DEHP) dan BPA kimia.

Jika makanan atau minuman disimpan dalam plastik ini, mereka dapat terkontaminasi dengan bahan kimia ini.

Jika makanan dipanaskan di dalam wadah ini dalam microwave atau jika plastiknya dicerna seperti dalam kasus anak kecil, bahan kimia ini masuk ke makanan kita dan masuk ke tubuh kita.

Kedua bahan kimia tersebut berpotensi berbahaya bagi hormon manusia, sistem reproduksi, dan perkembangan anak usia dini.


POLUSI PLASTIK DAN AWAL KIAMAT BUMI

Banyak yang berpikir bahwa satu-satunya masalah yang disebabkan oleh polusi plastik hanya karena sampah pada lingkungan. 

Sadarlah, itu merupakan pemikiran yang salah besar!

Plastik adalah produk minyak bumi seperti bensin olahan.

Produksi produk plastik mencapai sekitar 8% dari produksi minyak global.

Pengeboran minyak dan pemrosesan menjadi plastik melepaskan emisi gas berbahaya ke lingkungan termasuk karbon monoksida, hidrogen sulfida, ozon, benzena, dan metana (gas rumah kaca yang menyebabkan efek pemanasan yang lebih besar daripada karbon dioksida).

lima ons karbon dioksida dipancarkan untuk setiap ons Polietilen Tereftalat yang diproduksi (juga dikenal sebagai PET yaitu plastik yang paling umum digunakan untuk membuat botol air).

Hal diatas penting diketahui untuk menyadari hubungan antara plastik dan perubahan iklim.

Perubahan iklim adalah salah satu masalah paling mendesak yang kita hadapi saat ini.

Jika alasan lain untuk menggunakan lebih sedikit plastik belum cukup meyakinkan untuk segera bertindak, fakta bahwa menggunakan produk plastik memperburuk perubahan iklim harus menjadi alasan penting untuk sadar dan membuat komitmen untuk mengakhiri polusi plastik.


AKHIR POLUSI PLASTIK DIMULAI DARI BALI

Sejak Januari 2019 Bali menjadi pulau pertama di Indonesia yang melarang penggunaan kantung plastik sekali pakai, sedotan plastik, dan polystyrene.

Sejak diterbitkanya Peraturan Gubernur (Pergub) Bali No. 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai dinilai sebagai kemenangan besar untuk lingkungan dan masa depan Pulau Dewata.

Gubernur Bali menyadari bahwa Polusi plastik sesungguhnya hanya masalah perilaku manusia.

Langkah paling penting yang untuk membatasi jumlah polusi plastik adalah mengurangi jumlah plastik yang kita gunakan.

Meskipun mendaur ulang limbah plastik itu penting, itu tidaklah cukup!

Kita mungkin terbuai dengan berpikir bahwa boleh-boleh saja mengonsumsi produk plastik karena dapat didaur ulang.

Sayangnya, daur ulang masih jauh dari sempurna, banyak plastik tidak dapat didaur ulang secara efisien dan akan berakhir di TPA. 

Beberapa daerah tidak memiliki infrastruktur untuk memilah dan mendaur ulang plastik.

Untuk alasan ini, jauh lebih penting untuk fokus pada pengurangan dari penggunaan plastik. 

Dengan mengurangi penggunaan plastik, kita akan secara langsung dan aktif mengurangi jumlah plastik yang ada di lingkungan.



Foto seorang relawan membersihkan sampah plastik di pantai pulau bali



JANGAN BIARKAN SI PEMBUNUH HIDUP KEMBALI 

Banyak produk plastik yang mungkin sering kita gunakan biasanya tidak perlu.

Coba dipikirkan, Apakah sedotan benar-benar dibutuhkan untuk minum segelas air? 

Penting untuk hanya menggunakan apa yang kita butuhkan, terutama ketika kebutuhan tersebut menyangkut plastik.

Ketahuilah banyak produk plastik yang paling sering dibuang memiliki alternatif yang layak. 

Jadi selalu tanyakan pada diri sendiri, apakah ada produk yang sama tanpa menggunakan plastik sebelum membeli sesuatu.

Jangan biarkan si pembunuh hidup kembali, apalagi hidup di Pulau Dewata yang kita cintai.


Sumber ilustrasi:
Waste sorting photo created by teksomolika - www.freepik.com

Akhir Hidup si Praktis yang Membunuh Akhir Hidup si Praktis yang Membunuh Reviewed by adipendet on Juli 14, 2019 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.