Seorang pasien perempuan diantarkan ke UGD rumah sakit
dengan kondisi yang buruk. Kulit keriput, tubuh agak pendek, dengan perkiraan
umur 30-40 tahun. Anehnya, tercium bau Aseton (pembersih cat kuku) dari mulut dan hidung pasien yang terbaring lemas ini. Ia
tak merespon apa pun yang saya tanyakan. Salah seorang keluarga menyatakan bahwa
pasien menderita kencing manis dan banyak kencing sebelum akhirnya pingsan.
Hasil pemeriksaan cepat tim medis UGD menunjukkan gula darah darah pasien 500,
pH darah asam, dan ditemukan zat keton dalam kencing pasien. Dengan hasil
pemeriksaan tersebut, kami simpulkan bahwa pasien jatuh dalam keadaan koma akibat
ketoasidosis diabetikum.
Singkat cerita, pasien berhasil diselamatkan dari
kondisi koma. Namun beberapa kejanggalan mulai muncul setelah saya memeriksa
kembali pasien ini di ruang perawatan. Usianya ternyata 30 tahun, tergolong amat
muda untuk mengalami kondisi penyakit seburuk ini. Kejanggalan kedua adalah
perawakan pendek dari pasien dan beberapa saudaranya yang kala itu setia menemani
hingga pasien sadar. Saya penasaran dan memutuskan untuk menelusuri jawabannya
dengan menggali riwayat masa lalu keluarga ini. Rupanya dugaan saya benar, saat
pasien anak-anak, ia sempat mengalami kurang gizi dan memiliki tinggi badan
yang lebih pendek dari orang lain di kampungnya.
Tapi apa sesungguhnya kaitan kencing manis dan riwayat kurang gizi dari pasien ini? Pertama kita perlu memahami penyakit yang
disebut dengan Stunting. Ini adalah sebuah kondisi dimana tinggi badan seseorang
lebih pendek dibanding tinggi badan
orang lain pada umumnya (yang seusia). Kurangnya asupan gizi yang diterima oleh
anak dalam 1000 hari pertama kehidupan menjadi penyebab Stunting. Kemudian stunting menyebabkan pankreas tidak
tumbuh atau berfungsi dengan baik, yang diungkap oleh dokter dan peneliti dunia
bahwa pankreas pada penderita stunting mengalami pengapuran kronis. Pankreas
yang mengalami pengapuran tentu tak mampu memproduksi insulin dan menyebabkan
lonjakan gula darah tinggi pada penderitanya. Inilah kaitan antara stunting dan
kencing manis (diabetes).
Diabetes bukanlah satu-satunya dampak buruk dari
stunting. Dalam jangka pendek, stunting menghambat perkembangan otak,
kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan mengganggu metabolisme tubuh. Sedangkan
dampak buruk jangka panjang dari penyakit ‘kerdil’ ini adalah menurunnya
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga
mudah sakit, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke,
dan disabilitas pada usia tua. Sejumlah dampak buruk ini membuat Ibu Ayu (salah
satu kerabat yang menemani pasien diabetes diatas) bertanya kepada saya cara
untuk membuat seorang anaknya yang kurus tidak mengalami kondisi ini. Ayu
setuju untuk mengikuti beberapa langkah Pencegahan Stunting yang saya sampaikan.
Dua tahun berlalu, saya kembali bertemu Ayu di
Puskesmas. Saya kagum dengan keberhasilan Ayu dalam membangun fisik yang baik
pada anaknya yang bernama Surya. Anak ini dulu (saat usia 1,5 tahun) hanya
memiliki berat badan 8 kg dan tinggi hanya 75 cm, namun sekarang ia telah terbebas
dari gizi buruk. Surya dengan usianya kini 3 tahun telah memiliki berat badan 16
kg dengan tinggi badan 106 cm. Ia juga terlihat sangat aktif dan telah pandai
berbicara. Sungguh keberhasilan yang luar biasa.
Foto saya saat melakukan pemeriksaan rutin berat badan di Posyandu |
Kini Ayu rutin memeriksakan seluruh anaknya ke
posyandu. Dengan mengikuti panduan dalam kartu menuju sehat, seluruh anaknya sungguh
dalam kesehatan optimal, jauh dari risiko stunting. Ia sangat bersyukur dengan
adanya informasi mengatasi stunting, sehingga anaknya berhasil menjadi anak
sehat fisik dan mental. Tentunya terhindar dari ancaman diabetes seperti yang
dialami oleh bibinya beberapa tahun silam.
Saya berharap semua orang dapat terhindar dari
stunting seperti Surya, meski terkadang terbebas dari stunting tidak seberuntung
pengalaman anak ini. Asalkan asupan kaya nutrisi selama kehamilan, ASI Eksklusif,
pencegahan penyakit cacing dan imunisasi lengkap telah didapat, seorang anak pasti
terbebas dari stunting. Karena gizi yang baik pasti membentuk fisik anak yang
sehat. Jika saat ini anak anda telah mengalami stunting, cara dibawah ini dapat
membuat diri anda terhindar dari dampak buruk stunting. Tapi jika anak masih
dalam kondisi sehat walafiat, penyakit ‘kerdil’ ini dapat dihindari sepenuhnya
dengan langkah ini. Berikut empat langkah yang bisa Anda mulai hari ini.
1. Dapatkan selalu air bersih dan sanitasi
Kaitan yang erat antara air bersih dan sanitasi
terhadap nutrisi optimal seseorang sering diabaikan. Padahal air mengisi 70%
tubuh manusia sehingga zat ini sangat
penting dalam penyerapan makanan dan pertumbuhan sel. Hal lain yang membuat
kita harus menjaga kebersihan air dan sanitasi adalah karena penyakit menular berbahaya
banyak bersumber dari air kotor atau sanitasi yang buruk. Salah satunya
penyakit cacing dan sisostomiasis yang dipercaya sebagai salah satu penyebab
terjadinya malnutrisi, stunting, dan kemunduran perkembangan kecerdasan seorang
anak.
Sanitasi total berbasis lingkungan (STBM) dicanangkan
pemerintah untuk mengurangi penyakit stunting. Bila anda ingin membebaskan anak
dari stuting, maka berikut adalah 5 pilar STBM yang wajib anda lakukan di rumah:
·
Cuci
tangan menggunakan sabun
·
Pengelolaan
air minum dan makanan rumah tangga
·
Berhenti
buang air besar sembarangan
·
Pengelolaan
sampah rumah tangga
·
Pengolahan
limbah cair rumah tangga
2. Pastikan asupan kaya nutrisi selama kehamilan
Kehidupan seorang anak pertama sesungguhnya dimulai sejak
anak dalam kandungan. 1000 hari pertama kehidupan sangat menentukan bagaiamana
kesehatan anak anda, karena dalam 1000 hari ini organ penting seperti otak mampu
mencapai potensi terbaiknya. Untuk memenuhi nutrisi selama kehamilan, pastikan
lima hal dibawah ini telah anda dapatkan.
·
Pastikan
ibu hamil mendapat makanan tambahan untuk menghindari kekurangan energi dan
protein kronis.
·
Ibu
hamil harus mendapatkan zat besi dan asam folat yang cukup.
·
Atasi
kekurangan iodium pada saat kehamilan.
·
Cegah
dan tanggulangi penyakit kecacingan pada ibu hamil.
·
Lindungi
selalu ibu hamil dari Penyakit Malaria.
3. ASI Eksklusif
Memberikan ASI (Air Susu Ibu) eksklusif berarti hanya memberikan
ASI sebagai makanan bayi sejak dari lahir hingga bayi berusia 6 bulan. Pengertian
ini sering disalah artikan dengan tetap memberikan susu formula atau makanan tambahan
lainya dalam usia tersebut. Ancaman penyakit dapat terjadi bila makanan lain
diberikan sebelum bayi berusia 6 bulan karena pencernaan bayi belum siap
menerima makanan tersebut. Beberapa kali saya menerima kasus bayi yang
mengalami diare hingga sumbatan usus karena kasus ini. Maka dari itu, pemberian
ASI eksklusif sangat penting dalam mendukung gizi bayi hingga tumbuh menjadi
anak sehat.
sumber: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id |
Sesungguhnya banyak informasi mengenai keuntungan
pemberian ASI secara kesehatan dan ekonomi. Kandungan kolostrum dan zat
kekebalan didalamnya mampu membuat bayi tidak mudah mengalami penyakit infeksi.
Proses menyusui juga memberikan manfaat psikologis berupa kedekatan antara ibu
dan anak. Terakhir, dengan memberikan ASI maka orangtua dapat menghemat
pengeluaran pembelian susu formula atau makanan lainya selama 6 bulan. Namun ASI
boleh digantikan dengan susu formula dalam kondisi penyakit tertentu, dengan pemeriksaan
dan pengawasan oleh dokter anak.
4. Berperan aktif di posyandu dan yankes primer
Posyandu dan yankes (pelayanan kesehatan) primer
jarang dimanfaatkan dengan sepenuhnya oleh masyarakat. Padahal kedua tempat ini
merupakan ‘ladang’ pengetahuan dan pencegahan anak dari penyakit berbahaya
seperti stunting. Yankes primer atau lebih akrab kita sebut sebagai puskesmas,
sesungguhnya bukan hanya tempat yang dicari ketika anak sedang sakit. Puskesmas
juga menjadi tempat anda mencari informasi dan bekal untuk menjalankan
pencegahan penyakit. Berikut adalah beberapa manfaat yang diberikan yankes
primer untuk mencegah anak mengalami stunting:
·
Mendapatkan
pencegahan dan pengobatan cacing.
·
Suplementasi
zink dan zat besi.
·
Perlindungan
terhadap malaria.
·
Imunisasi
lengkap.
·
Pencegahan
dan pengobatan diare
Anda pasti bertanya-tanya dalam
hati, apa kaitan seluruh hal diatas terhadap terjadinya stunting bukan? Prinsipnya,
segala hal yang menghambat penyerapan makanan pada anak akan menghambat
pertumbuhan sehingga mereka mengalami stunting. Untuk lebih jelasnya, posyandu
dan yankes primer telah menyediakan informasi tersebut. Beberapa informasi
pencegahan stunting lainya dapat anda peroleh disini, seperti:
·
Informasi
pentingnya pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI
(makanan pendamping ASI).
·
Informasi
Pengasuhan anak dan Pendidikan Anak Usia Dini
·
Informasi
detail mengenai gizi dalam rumah tangga
·
Informasi
mengenai Kesehatan Seksual dan Reproduksi, serta Gizi pada Remaja.
sumber: www.sehatnegeriku.kemkes.go.id |
Seluruh sumberdaya yang anda
butuhkan telah disediakan pemerintah, jadi hanya diperlukan peran aktif anda
untuk mendapatkannya dan mengikuti jejak sukses Ibu Ayu untuk mewujudkan Indonesia Sehat.
Pelajari Lebih Lanjut
1. Hotez,
P. J., Fenwick, A., Savioli, L. & Molyneux, D. H. Rescuing the bottom billion through control of neglected
tropical diseases. Lancet 373, 1570–1575 (2009).
2. Checkley,
W. et al. A review of the global burden, novel diagnostics, therapeutics, and vaccine targets for
cryptosporidium. Lancet Infect. Dis. 85–94 (2015)
3. Amadife
MU, Muogbo DC. Chronic calcific
pancreatitis presenting with stunting and diabetes mellitus. Niger J Clin Pract. 2008 Sep;11(3):254-6.
5. http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20180916/3427920/menkes-nila-moeloek-generasi-indonesia-jangan-stunting/
Teror Diabetes dibalik Kondisi Stunting
Reviewed by adipendet
on
September 28, 2018
Rating:
Ilmu baru buat saya nih, mas. Terimakasih.
BalasHapus